
Oleh : Ade Khairiyah, S.Pd
Awal tahun 2022, Saya mengikuti seleksi Calon Guru Penggerak (CGP) Angkatan 6 Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu. Setelah lulus seleksi, saya berhak untuk mengikuti Pendidikan Guru Penggerak (PGP) yang dikoordinasikan oleh Balai Guru Penggerak (BGP) sebagai penyelenggara PGP. Pembelajaran yang harus CGP selesaikan pada Program PGP terdiri dari 3 paket modul dan keseluruhannya menjadi 10 submodul. CGP mendapat pendampingan dari fasilitator dan instruktur secara daring dengan jadwal yang telah ditentukan secara berkesinambungan. Sedangkan Pengajar Praktik (PP) membersamai secara luring mengunjungi CGP ke sekolah masing-masing dan juga pada pelaksanaan lokakarya di sekolah yang ditunjuk oleh Dinas Pendidikan Kabupaten sebagai tempat CGP dan PP se-kabupaten melaksanakan kegiatan yang difasilitasi BGP. CGP juga mengimplenetasikan pembelajaran dalam bentuk Aksi Nyata di sekolah masing-masing. Untuk setiap modul CGP melakukan pretest dan postest

Pada tanggal 31 Mei 2023 secara langsung melalui zoom atau live youtube berlangsung penutupan Program PGP Angkatan 6 se-Indonesia dan pengumuman kelulusan CGP. Alhamdulillah, Saya termasuk dalam daftar CGP yang lulus Pendidikan Guru Penggerak dan mendapat Surat Tanda Tamat Pendidikan dengan predikat Amat Baik.
Saya merasa bahagia, bersyukur dan bangga telah melalui proses pendidikan yang benar-benar menantang dan tidak mudah selama 6 bulan. Dari proses tersebut banyak pengalaman dan hikmah yang bisa saya petik dan rasakan. Pengalaman dalam proses belajar bersama fasilitator, instruktur, PP dan berkolaborasi dengan rekan CGP yang pada umumnya belum saya kenal sebelumnya. Saya banyak mendapat teman baru yang seprofesi dengan berbagai tingkatan (guru PAUD, SD, SMP, SMA, dan SMK) dengan beragam mata pelajaran yang diampu oleh guru tersebut.
Dampak dari proses PGP ini, saya bisa membagi waktu dengan skala prioritas antara pekerjaan di sekolah, menjalankan tugas-tugas CGP dan juga melakoni kehidupan berumah tangga serta menjalani kegiatan bermasyarakat.
Dampak baik lainnya, banyak hal yang berubah dari diri saya terutama dalam menghadapi murid. Berupaya menjadi guru yang sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara “ing ngarso sung tu lodo, ing madyo mangun karso dan tut wuri handayani.” Memahami nilai-nilai dan peran Guru Penggerak dan berusaha menerapkannya baik di sekolah maupun di masyarakat dan bisa juga dalam rumah tangga. Saya berlatih kesabaran dalam menghadapi murid yang bermasalah dengan menerapkan segitiga restitusi. Saya belajar memahami kondisi murid dalam pembelajaran dengan implementasi Pembelajaran Sosial dan Emosional.
Belajar berkolaborasi dengan teman sejawat dalam melakukan aksi nyata dan belajar merumuskan visi dan misi sekolah. Diskusi dengan orang tua dan pemangku kepentingan di sekolah. Melakukan perubahan menggerakkan komunitas belajar. Menjadi pemimpin pembelajaran yang bisa menebar banyak manfaat terhadap murid, rekan guru, orang tua dan masyarakat. Dari pengalaman dan dampak yang saya rasakan ini, saya berharap dapat menjadi bekal diri memberi kontribusi dalam kepemimpinan pembelajaran dan pedagogi yang bisa menggerakkan komunitas belajar baik di dalam maupun di luar sekolah. Karena semboyan Guru Penggerak adalah “tergerak, bergerak dan menggerakkan.”